Kami datang ke sini sebagai inisiatif memperluas kolaborasi dengan berbagai pihak. Kami berharap BRIN bisa melakukan riset mengenai peran TPK terhadap penurunan angka stunting dan pencegahan bertambahnya kasus stunting baru di Jawa Barat.
Fazar Supriadi Sentosa, Kepala BKKBN Jawa Barat
JAKARTA | WARTAKENCANA.ID
Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat menjajaki kolaborasi riset dengan Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kolaborasi ini akan diajukan melalui skema Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) dengan biaya sebesar Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar.
Rencana kolaborasi ini mengemuka dalam pertemuan audiensi Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Fazar Supriadi Sentosa dengan Kepala Pusat Riset Kependudukan BRIN Nawawi di kantor BRIN, Jalan Gatot Subroto Nomor 10, Jakarta, pada Jumat 19 April 2024. Fazar berharap kolaborasi mampu menghasilkan terobosan dalam upaya percepatan penurunan stunting di Jawa Barat.
“Selain isu-isu yang tadi kita bahas bersama, kami juga sangat terbuka terhadap pengembangan dan pembaharuan ide yang dapat dilakukan dan melibatkan BRIN di Jawa Barat,” ungkap Fazar.
Fazar mengungkapkan, pada 2022 lalu prevalensi stunting di Jawa Barat masih berkisar pada angka 20,2 persen. Masih tersisa 6,2 persen untuk mencapai target 14 persen sebagaimana diamanatkan pemerintah pusat di akhir 2024.
Fazar mengklaim telah melakukan intervensi untuk mempercepat penurunan stunting. Namun demikian, masih banyak yang menjadi pekerjaan rumah di Jawa Barat. Salah satunya pendampingan keluarga berisiko stunting (KRS) oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Pada tahun ini, terdapat 2.319.164 KRS di Jawa Barat, terdiri atas pasangan usia subur (PUS), ibu hamil, bayi di bawah dua tahun (Baduta), dan bawah lima tahun (Balita). Melihat data tiga bulan terakhir, Januari-April, telah dilakukan pendampingan terhadap 529.162 sasaran. Fazar menilai angka tersebut masih jauh dari target.
“Kami datang ke sini sebagai inisiatif memperluas kolaborasi dengan berbagai pihak. Kami berharap BRIN bisa melakukan riset mengenai peran TPK terhadap penurunan angka stunting dan pencegahan bertambahnya kasus stunting baru di Jawa Barat,” harap Fazar.
Menanggapi harapan tersebut, Nawawi menilai riset untuk mengidentifikasi serta menganalisis efektivitas peran dan segala hal yang berkaitan dengan TPK akan jadi bahan temuan yang sangat kaya. Temuan ini akan sangat berkontribusi besar bagi percepatan penurunan stunting nasional.
Lebih jauh mengenai skema riset, Nawawi menjelaskan RIIM merupakan skema perpaduan antara penelitian dan implementasi program yang dijalankan dalam jangka panjang, yaitu tiga tahun. Dengan dukungan pendanaan sekitar 500 juta sampai 1 miliar setiap tahunnya. RIIM merupakan hasil kerjasama BRIN dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Nawawi berjanjia akan segera menindaklanjutinya dengan membentuk tim kajian stunting. “Ini strategis karena akan menjadi piloting kolaborasi antara BRIN dan BKKBN yang dikerjakan bersama. Nantinya di dalam tim yang akan dibentuk, tidak hanya peneliti dari kami saja, tapi juga dari BKKBN Jawa Barat bergabung dalam tim tersebut,” tambahnya.(N)