Perempuan di Tengah Transisi Kendaraan Listrik: Peluang Baru untuk Masa Depan yang Lebih Bersih dan Setara

Oleh: Wiwin Pamungkas – Peneliti Utama dan GEDSI Specialist

(di inspirasi oleh Laporan Studi Enhancing Readiness for the Transition to Electric Vehicles (ENTREV) yang disusun oleh UNDP dan PT Mitra Rekayasa Keberlanjutan tahun 2024)

Bayangkan jika setiap perempuan Indonesia bisa menjadi pemimpin dalam inovasi teknologi ramah lingkungan. Bukan hanya sebagai pengguna, tapi juga sebagai teknisi, peneliti, bahkan pendiri bisnis kendaraan listrik. Mimpi itu bukan sekadar wacana. Indonesia kini sedang bergerak cepat dalam transisi menuju kendaraan listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle/BEV). Dan inilah saatnya perempuan mengambil peran penting dalam perubahan besar ini.

Hari-hari ini kendaraan listrik tidak asing kita lihat melaju di jalan raya.  Di jalan-jalan kecil dan komplek kita melihat ibu rumah tangga, remaja putri dan anak-anak perempuan hilir mudik ke warung, masjid, madrasah dan tempat lain menggunakan sepeda dan motor listrik.  Sudah lazim, bahkan di daerah terpencil dan pedesaan.  Apa impilkasi dari fenomena ini

Apa Hubungannya Perempuan dengan Kendaraan Listrik?

Laporan Enhancing Readiness for the Transition to Electric Vehicles (ENTREV) yang disusun oleh UNDP dengan PT Mitra Rekayasa Keberlanjutan pada inisiatif program yang dikoordinasikan oleh dan Kementerian ESDM menyoroti bahwa transisi ke kendaraan listrik bukan sekadar soal teknologi. Ini juga soal keadilan, inklusi, dan masa depan yang lebih setara.

Sayangnya, sektor energi dan transportasi masih didominasi laki-laki. Perempuan hanya mengisi 16% tenaga kerja di sektor energi, dan lebih sedikit lagi di posisi kepemimpinan. Tapi di balik itu, ada potensi besar yang sedang menunggu untuk dibuka. Hal ini ditunjukan oleh hasil penelitian bahwa telah ada perempuan tenaga pengajar di pendidikan dasar dan tinggi yang menekuni mata ajar Science Technique Engineering and Math’s (STEM).  Selain itu terdapat juga women leader, yang menjadi pendiri, praktisi dan role model sektir industris baterai listrik di Indonesia, nama-nama seperti  PT Exelly Elektrik Indonesia, yang mengoperasikan SPKLU Voltron; PT Sokonindo Automobile, produsen kendaraan listrik dengan merek DSFK di Indonesia; dan Braja Elektrik, bengkel konversi sepeda motor listrik yang berbasis di Surabaya adalah contoh bisnis yang dipimpin oleh perempuan di sector yang masih kental didominasi oleh laki-laki.

Jauh sebelum perempuan berkecimpung pada bisnis berteknologi tinggi, peranan perempuan dalam perekonomian Indonesia cukup signifikan. Pada sektor UMKM, 53,76%-nya dimiliki oleh perempuan, dengan 97% karyawannya adalah perempuan, dan kontribusi dalam perekonomian 61%. Di bidang investasi, kontribusi perempuan mencapai 60% (Kemenkeu, 2021). Akana tetapi sebagai salah satu kekuatan ekonomi real, perempuan seringkali sering kali luput dari perhatian. Perempuan menggerakkan roda UMKM dari dapur, garasi, kios kecil, hingga pasar tradisional. Bisa dibayangkan, betapa banyaknya perempuan yang saling menguatkan satu sama lain, menciptakan lapangan kerja, dan menopang kehidupan keluarga dari sektor ini.

Meskipun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan di Indonesia masih berada di angka 54,42%, jauh di bawah laki-laki yang mencapai 83,98% (KemenPPPA, 2024), mereka tidak pernah berhenti menciptakan ruang sendiri untuk tumbuh dan berkembang. Lewat UMKM, perempuan tidak hanya mencari nafkah—mereka membangun masa depan.

Perempuan juga turut andil dalam menjaga kestabilan ekonomi negara. UMKM yang dipimpin perempuan menyumbang sekitar 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dan lebih dari itu, 60% kontribusi dalam bidang investasi juga datang dari tangan-tangan perempuan, yang dengan bijak mengelola keuangan keluarga maupun bisnis kecil mereka. Ini adalah bukti bahwa perempuan bukan hanya “membantu ekonomi keluarga.” Mereka adalah penggerak utama ekonomi bangsa. Memberi ruang dan dukungan pada perempuan untuk terus tumbuh bukan hanya soal keadilan gender, tapi juga strategi cerdas menuju masa depan Indonesia yang lebih adil, tangguh, dan berkelanjutan.

Peluang yang Terbuka Lebar

Studi ENTREV menunjukkan bahwa 60% perempuan tertarik masuk ke bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika)—dan ini kabar baik. Mereka tertarik bukan hanya karena gaji tinggi atau karier cemerlang, tapi juga karena keinginan ikut menyelesaikan persoalan lingkungan dan sosial. Di banyak negara, perempuan bahkan dikenal sebagai agen perubahan dalam transportasi berkelanjutan. Mereka cenderung menggunakan kendaraan secara efisien dan mempertimbangkan manfaat praktis, bukan status. Itu artinya, jika lebih banyak perempuan menggunakan kendaraan listrik, dampaknya akan lebih luas dan berkelanjutan.

Tapi Jalan Menuju Ke Sana Tak Mudah…

Tantangannya masih banyak. Perempuan seringkali terbentur akses pendidikan dan pelatihan teknis, diskriminasi dalam rekrutmen, stereotip bahwa “teknik itu untuk laki-laki,” sampai lingkungan kerja yang tidak ramah bagi perempuan—seperti tidak adanya cuti hamil atau fleksibilitas kerja.  Termasuk, hasil studi ini mengindikasikan bahwa stigma gender bahwa yang menganggap peremppuan tidak mampu berkarir dan mengakses peluang di sector ini justru orang terdekat,  keluarga yang membentuk pemahaman komunal. Hal ini ditunjukan dalam survei bahwa, 41% responden perempuan mengatakan mereka kerap dianggap “tidak cocok” bekerja di sektor teknik atau otomotif. Beberapa bahkan tidak mendapatkan pengakuan atas kontribusi mereka di tempat kerja.

Dukungan Itu Ada – Tapi Perlu Didorong Lebih Kuat

Kabar baiknya, dukungan dari sisi kebijakan sudah mulai ada. Pemerintah lewat Perpres No. 55 Tahun 2019 dan Perpres No. 79 Tahun 2023 memberikan berbagai insentif untuk kendaraan listrik, termasuk:

  • Pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja di industri BEV
  • Pembebasan pajak dan bea impor bagi pelaku usaha
  • Pembangunan infrastruktur pengisian daya yang aman dan inklusif

Namun sayangnya, kebijakan yang secara spesifik menyasar perempuan dalam sektor kendaraan listrik masih sangat minim. Dukungan itu masih perlu diterjemahkan dalam bentuk nyata: pelatihan berbasis gender, insentif wirausaha bagi perempuan, kampanye publik yang menampilkan sosok perempuan inspiratif di industri ini.

Dampak Langsung bagi Perempuan dan Keluarga

Jika perempuan benar-benar diberi ruang dan kesempatan untuk ambil bagian secara aktif dalam ekosistem kendaraan listrik, dampaknya akan terasa luas, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, keterlibatan perempuan dalam sektor BEV yang tengah berkembang pesat akan membuka akses terhadap pekerjaan yang lebih stabil, profesional, dan berorientasi masa depan. Hal ini penting mengingat sektor energi dan transportasi selama ini masih sangat didominasi laki-laki, dengan hanya 16% tenaga kerja di sektor energi adalah perempuan. Peningkatan partisipasi ini akan mengurangi kesenjangan ekonomi dan membuka jalan bagi perempuan untuk mengembangkan karier dalam bidang teknik, manufaktur, pengelolaan energi, dan wirausaha berbasis teknologi.

Tak hanya itu, efek berantai juga akan terjadi di tingkat keluarga. Ketika perempuan lebih terpapar pada teknologi baru, pelatihan teknis, dan pemahaman tentang energi bersih, mereka tidak hanya menjadi panutan di tempat kerja, tetapi juga di rumah. Pengetahuan ini akan mendorong terciptanya pola pikir yang lebih adaptif terhadap perubahan di kalangan anak-anak, terutama dalam hal literasi lingkungan, teknologi, dan keberlanjutan. Perempuan sebagai ibu juga cenderung membawa perspektif yang lebih menyeluruh dalam pengelolaan sumber daya rumah tangga, termasuk keputusan terkait transportasi ramah lingkungan.

Dalam jangka panjang, keberanian dan kepercayaan diri perempuan untuk terlibat dalam ekosistem kendaraan listrik akan memperkuat peran mereka di ruang publik. Dengan lebih banyak perempuan yang mengakses pelatihan, menjadi teknisi tersertifikasi, wirausaha dalam sektor konversi motor listrik, atau bahkan pembuat kebijakan, maka representasi dan suara perempuan dalam transisi energi akan semakin kuat. Laporan ENTREV mencatat bahwa perempuan yang dilibatkan secara bermakna dalam pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan akan mampu mendorong pendekatan yang lebih inklusif, adil, dan inovatif. Maka, pemberdayaan perempuan bukan hanya tujuan, melainkan strategi efektif menuju masa depan transportasi yang berkeadilan sosial dan berkelanjutan lingkungan.

Penutup: Ini Saatnya, Bukan Nanti

Transisi ke kendaraan listrik adalah momentum emas. Tapi jangan sampai hanya laki-laki yang diikutsertakan dalam percaturan masa depan energi bersih. Perempuan punya potensi besar, dan ketika mereka berdaya, dampaknya bukan hanya untuk mereka sendiri, tapi juga untuk keluarga, lingkungan, bahkan bangsa. Kita semua bisa berperan. Pemerintah, industri, media, dan masyarakat bisa mendorong perubahan ini. Karena ketika perempuan ikut menyetir perubahan, arah masa depan akan jauh lebih hijau dan lebih setara.

Daftar Pustaka

  • GSMA. (2024). The Mobile Gender Gap Report.
  • Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2021, Agustus 23). Ini kontribusi perempuan dalam ekonomi nasional. Diakses dari https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/ini-kontribusi-perempuan-dalam-ekonomi-nasional
  • Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2023). Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) laki‑laki sebesar 83,98% dan perempuan sebesar 54,42% (BPS, Sakernas Februari 2023) [halaman informasi publik]. Diakses dari https://www.kemenpppa.go.id/page/view/NTIyOA==
  • Ministry of Finance Indonesia. (2023). Kajian Pengarusutamaan Gender.
  • Pamungkas, W. W., Alizar, A. M., Anandani, D., Aura Keindahan, B. K., Elbaary, M. A., Adika Putri, A. L. C., & Oktaviani, C. N. (2024). Enhancing readiness for the transition to electric vehicles in Indonesia (ENTREV): Final report. United Nations Development Programme (UNDP) & Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM), Indonesia.
  • UN Women & UNIDO (2023). Sustainable Energy for All: the Gender Dimensions.
  • UNDP Indonesia & Kementerian ESDM. (2024). Enhancing Readiness for the Transition to Electric Vehicles in Indonesia (ENTREV).
  • UNESCO (2020). STEM Education for Girls and Women: Breaking Barriers and Exploring Gender Inequality in Asia.

Kontak: email: wiwinpamungkas2000@gmail.com