Sebuah Perjumpaan Penuh Makna: Remaja dan Mimpi Indonesia 2045

Oleh: Ananda Lesmana (Duta Genre Kabupaten Subang)

Apakah kita tak pernah merenung tentang masa depan, tentang semesta cita-cita yang dirajut oleh generasi penerus? Seolah-olah, kita adalah pelaut yang terbuai oleh arus waktu, terombang-ambing di samudra kehidupan tanpa tujuan pasti. Di tengah kerumunan, remaja tampil sebagai penari bebas, penuh semangat, yang harusnya menjadi motor penggerak bagi mimpi Indonesia Emas 2045.

Sebagai pengamat hidup yang bijak, mungkin akan dinilai betapa pentingnya pelibatan remaja dalam meniti jalan menuju Indonesia Emas. Seperti pena yang menari di atas kertas, remaja harus mengguratkan ide-ide baru, melibatkan diri dalam diskusi intelektual yang membangun, dan menjalani eksperimen ide-ide mereka. Pelibatan seharusnya tidak hanya sebatas keikutsertaan fisik, melainkan sebuah perjumpaan pikiran yang memunculkan perspektif baru tentang perjalanan Indonesia menuju emas.

Mengapa remaja? Karena mereka adalah pewaris tanah ini. Mereka yang akan menyaksikan Indonesia pada tahun 2045, yang mungkin hanya kita bayangkan melalui prisma kacamata masa lalu. Pelibatan remaja yang bermakna adalah sebuah tarian pikiran. Montaigne akan mendukung gagasan bahwa remaja perlu diajak berbicara dalam segala aspek kehidupan, sebab mereka adalah detik-detik hidup yang akan membentuk peta jalan bangsa.

Namun, pelibatan yang bermakna tidak semata-mata memasukkan remaja dalam ruang politik formal atau kelembagaan yang mapan. Dengan kecintaannya pada kehidupan sehari-hari, mungkin akan mengajak remaja turun dari singgasana formalitas dan terlibat dalam diskusi kehidupan sehari-hari. Mereka harus merasakan detak nadi masyarakat, menyelami realitas yang seakan menjadi catatan kaki dalam buku sejarah.

Dalam menjalani mimpi Indonesia Emas 2045, mungkin akan menekankan bahwa pelibatan remaja bukan hanya soal melibatkan mereka dalam wacana intelektual, melainkan juga membiarkan mereka menemukan peran dan suara mereka sendiri dalam masyarakat. Remaja perlu merasakan kehidupan, menyatu dengan keberagaman budaya, dan menjadi pelaku utama dalam menggambarkan jati diri Indonesia yang berwarna.

Terkadang, kita lupa bahwa mimpi bukan hanya monolog para pemimpin atau elite intelektual. Dalam kepahitannya terhadap ketidakpastian, mungkin akan mengatakan bahwa pelibatan sejati adalah ketika kita memberikan ruang bagi remaja untuk menemukan not-not khusus mereka dalam simfoni kehidupan ini.

Mimpi Indonesia Emas 2045 adalah hasil sumbangsih bersama, seperti orkestra yang harmonis dengan peran unik setiap alat musiknya. Remaja adalah biola yang memainkan nada-nada muda, segar, dan berani. Kita tak boleh mematikan melodi mereka, sebaliknya, kita harus memberikan panggung luas dan merangkul kreativitas mereka. Mungkin akan mengatakan bahwa pelibatan sejati adalah ketika kita memberikan ruang bagi remaja untuk menari di atas panggung mimpi, dan bersama-sama kita melihat Indonesia bersinar sebagai emas pada tahun 2045.

Namun, pelibatan ini tidak hanya tentang memberikan panggung, tetapi juga tentang memberikan alat dan panduan. Akan menyadari bahwa remaja membutuhkan bimbingan, bukan hanya berupa aturan kaku, melainkan sebagai teman bicara yang bijak. Dalam meresapi mimpi bersama, remaja perlu diberi kepercayaan untuk menyumbangkan gagasan mereka, dan kita sebagai penatua, harus mendengarkan dengan penuh perhatian.

Indonesia Emas 2045 bukan hanya tanggung jawab para pemimpin saat ini, melainkan tanggung jawab kita bersama, termasuk remaja. Dengan pikiran tajam, harus menyadari bahwa masa depan Indonesia tidak hanya diukir oleh kebijakan dan regulasi, tetapi juga oleh mimpi-mimpi yang bersarang di hati setiap remaja.

Sebagai penutup, mungkin akan menegaskan bahwa pelibatan remaja bukanlah sekadar kewajiban moral atau kebijakan kosmetik. Ini adalah investasi nyata dalam masa depan, di mana kita melepaskan kendali, memberikan kebebasan pada remaja untuk menari di atas panggung mimpi, dan bersama-sama kita melihat Indonesia bersinar sebagai emas pada tahun 2045.

Kita adalah perekat masa lalu dan masa depan. Dalam semangat, mari kita biarkan remaja menjadi penulis kisah-kisah baru, pencipta not-not baru, dan pemimpin masa depan yang akan memandu Indonesia menuju cemerlang pada tahun 2045.(*)