BKKBN Jabar Tebar Daging Qurban untuk Keluarga Berisiko Stunting

“Makna qurban tidak hanya soal ibadah, tapi juga soal solidaritas dan ketahanan keluarga. Pembagian daging qurban merupakan intervensi gizi yang nyata. Kami ingin ini menjadi simbol bahwa negara hadir, bahkan dalam potongan daging yang dibagikan.”

Dadi Ahmad Roswandi, Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Jawa Barat

BANDUNG | WARTAKENCANA.ID

Perayaan Iduladha atau Hari Qurban menjadi momentum tepat untuk berbagi, khususnya dengan mereka yang belum beruntung. Dalam konteks percepatan penurunan stunting, perayaan qurban menjadi waktu yang tepat untuk berbagi dengan keluarga berisiko stunting atau KRS. Itu pula yang dilakukan keluarga besar Perwakilan Kementerian Kependudukan dan Pembanggunan Keluarga (Kemendukbangga)/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat atau BKKBN Jabar.

Kepala BKKBN Jabar Dadi Ahmad Roswandi menjelaskan, pihaknya membagikan daging qurban di dua lokasi berbeda. Pertama di sekitar gudang alat dan obat kontrasepsi (Alokon) di Jalan Margacinta, kedua kantor Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Jabar di Jalan Surapati. Sasarannya sama, KRS.

“Makna qurban tidak hanya soal ibadah, tapi juga soal solidaritas dan ketahanan keluarga. Pembagian daging qurban merupakan intervensi gizi yang nyata. Kami ingin ini menjadi simbol bahwa negara hadir, bahkan dalam potongan daging yang dibagikan,” ucap Dadi.

Dadi menyatakan, distribusi daging qurban dilakukan dengan melibatkan mitra lokal untuk memastikan ketepatan sasaran. Fokus utamanya pada pemberian protein hewani untuk anak-anak yang rentan kekurangan gizi. Sebab dalam potongan daging itu terkandung zat besi dan gizi lain yang penting bagi tumbuh kembang si kecil.

Lebih jauh, program ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang BKKBN untuk mempercepat penurunan angka stunting melalui pendekatan yang tidak hanya teknokratis, tapi juga kultural dan spiritual. Di sinilah nilai qurban menemukan makna baru: sebagai bentuk investasi sosial untuk generasi mendatang.

“Berbagi daging adalah wujud kasih. Tapi berbagi gizi adalah wujud tanggung jawab masa depan,” ujar Dadi.

Lebih jauh Dadi menjelaskan, hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 menunjukkan prevalensi stunting Jawa Barat menurun signifikan. Pada 2023 lalu, prevalensi stunting masih berkutat pada angka 21,7 persen. Angkanya menurun menjadi 15,9 persen atau mengalami penurunan 5,8 persen.

Secara keseluruhan, prevalensi kabupaten dan kota mengalami penurunan. Namun demikian, terdapat enam kabupaten dan kota mengalami kenaikan. Terdapat dua kabupaten dan kota mengalami kenaikan lebih dari 5 persen, yakni Kota Bandung sebesar 6,5 persen dan Kabupaten Bandung Barat (KBB) sebesar 5,7 persen.

“Cukup menjadi kejutan adalah Kota Bandung yang mengalami kenaikan sebesar 6,5 persen, dari 16,3 persen menjadi 22,8 persen. Hal serupa terjadi di KBB, naik 5,7 persen dari 25,1 persen menjadi 30,8 persen,” jelas Dadi.

Sebaliknya, sejumlah daerah mengalami penurunan drastis. Terlebih Kabupaten Garut yang mampu menurunkan prevalensi 9,9 persen, dari 24,1 persen 14,2 persen. Penurunan ekstrem juga terjadi untuk Kabupaten Purwakarta, dari 24 persen menjadi 14,5 persen.[NJP]