JAKARTA | WARTAKENCANA.COM
Provinsi Jawa Barat berhasil mencatatkan diri sebagai salah satu provinsi terbaik dalam program pembangunan keluarga, khususnya bina keluarga balita (BKB) di tingkat nasional. Hal ini tampak dari raihan prestasi Jawa Barat pada ajang Gebyar BKB untuk 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Jakarta, pada Selasa 12 Desember 2023, di mana Jabar berhasil menyabet enam penghargaan dalam empat kategori.
Pada kategori Pentas BKB Holistik Integratif Unggulan, Jawa Barat superior dengan menempatkan Kepala Desa Buniseuri dan Kader BKB Karang Tanjung 1 di Kabupaten Ciamis sebagai yang terbaik. Kabupaten Ciamis juga berhasil menjadikan Niknik Helmayanti dari Desa Sukamantri sebagai Wisudawan Orang Tua Hebat.
Di titik barat, Jabar berhasil menyabet Juara III untuk kategori Media Inovatif Tim Pendamping Keluarga (TPK) Hebat lewat TPK Kelurahan Bojong Menteng, Kota Bekasi, yang beranggotakan Nunung Maryamah, Sumilah, dan Devi Komal. Pada kategori Poster Competition Audit Kasus Stunting, Jabar berhasil menempatkan Kota Cimahi di peringkat ketiga dan Kabupaten Cianjur pada peringkat kedelapan.
Seluruh penerima penghargaan hadir secara langsung di Auditorium BKKBN. Mereka juga turut ditemani pimpinan BKKBN Jawa Barat dan organisasi perangkat daerah (OPD) yang membidangi pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana) kabupaten dan kota masing-masing.
Dalam laporannya, BKKBN menyebut kegiatan ini diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi kepada para pengelola dan pelaksana BKB, baik pada tingkat individu, komunitas, desa/kelurahan, tingkat komunitas seminat, tingkat kabupaten/kota, dan tingkat provinsi. Gebyar BKB untuk 1000 HPK juga bertujuan menyosialisasikan seluruh program Bangga Kencana.
Kegiatan dibuka Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Dalam arahannya, Muhadjir berharap target prevalensi stunting 14 persen pada 2024 mendatang bisa tercapat.
“Prevalensi stunting kita tahun lalu berada di 21,6 persen. Semoga tahun ini sudah bisa di bawah 18 persen. Kalau tahun ini bisa di bawah 18 persen, tahun depan tinggal 3,5 persen. Semuanya ada di pundak BKKBN. Namun BKKBN tidak bisa bekerja sendiri, perlu melibatkan pemangku kepentingan yang luas melalui pentahelix,” ucapnya.
Turut hadir Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana Uli Simanjuntak. Pada kegiatan tersebut Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengukuhkan Uli sebagai Bunda Asuh Anak Stunting.
Fase Emas Tumbuh Kembang Otak
Sementara itu, dalam sambutannya, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan, 1000 HPK merupakan periode emas dalam tumbuh kembang otak anak. Ia menyampaikan pada periode itu terjadi perkembangan yang sangat cepat pada sel-sel otak dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf serta cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan otak dan saraf yang kompleks.
“Sayang sekali masyarakat masih belum tau bahwa template manusia itu pada 1.000 HPK setelah fase itu ubun-ubun ditutup Tuhan, tulang sama tulang ketemu tidak ada celahnya lagi itu sudah menunjukkan otak tidak banyak bertambah lagi,” ujarnya.
Dia menjelaskan, walaupun setelah periode tersebut perkembangan otak masih ada namun tidak terlalu signifikan. Pada fase seribu hari dapat dihitung sejak sel telur bertemu dengan sperma. “Seribu hari, sel sperma bertemu dengan sel telur, sampai lahir. Kemudian lahir umur 23 bulan full, mungkin 24 bulan kurang 1 detik lah, prinsipnya seperti itu,” kata Hasto.
Hasto berpesan kepada masyarakat kalau mau membuat anaknya hebat itu ada di fase pertumbuhan otak pada seribu hari pertama kehidupan selain faktor lainnya yang mempengaruhi. “Anak harus dirawat dengan baik dengan selalu memperhatikan nutrisi dan kesehatannya sehingga dapat mencegah stunting atau kasus gagal tumbuh anak,” ujarnya. Selain itu, ia mengungkapkan ada faktor sensitif juga yang harus menjadi perhatian seperti lingkungan dan jamban harus bagus dan sehat. “Meski makanan bagus, kalau buang air besar masih sembarangan akhirnya mengakibatkan diare serta berat dan panjang tidak baik itu juga nggak bagus akibatnya stunting sehingga otaknya pun tidak berkembang,” kata Hasto.(NJP)